Subscribe For Free Updates!

We'll not spam mate! We promise.

Thursday, March 20, 2014

Penjelasan Tentang Al-Insan Al-Kamil


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Insan Al-Kamil
Insan kamil artinya manusia yang sempurna. Adapun yang dimaksudkan dengan manusia sempurna adalah sempurna dalam hidupnya. Seseorang dianggap sempurna dalam hidupnya apabila memenuhi kriteria-kriteria tertentu.
Umat Islam sepakat bahwa diantara manusia, Nabi Muhammad SAW. adalah manusia yang telah mencapai derajat kesempurnaan dalam hidupnya. Selama hayatnya, segenap kehidupan beliau menjadi tumpuan perhatian masyarakat, karena segala sifat terpuji terhimpun dalam dirinya, bahkan beliau merupakan lautan budi yang tidak pernah kering airnya.

Pola hidup dan kehidupan Rasulullah yang sangat ideal itu menjadi suri tauladan bagi para sahabatnya, baik bagi sahabat yang dekat maupun sahabat yang jauh. Tuhan adalah Maha Suci, yang Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh yang suci, dan pensucian roh ini dapat dilakukan dengan meninggalkan hidup kematerian dan dengan pendekatan diri kepada Tuhan sedekat mungkin, dan kalau bisa hendaknya bersatu dengan Tuhan semasih berada dalam hidup ini.

Untuk dapat mencapai insan kamil, seseorang lebih senang dengan menempuh cara hidup sebagai seorang sufi. Kehidupan seorang sufi lebih menonjol segi kerohaniannya dalam hidupannya. Tentu prinsip ajaran yang berkaitan dengan hidup kerohanian akan senantiasa diukur dengan Al-Qur'an dan sunah Nabi SAW.
Hasan Al-Basri (21 H-110 H) adalah seorang zahid dan rohaniwan besar, beliaulah yang mula-mula memperbincangkan berbagai macam yang berkaitan dengan hidup kerohanian tentang ilmu akhlak yang erat hubungannya dengan mensucikan jiwa dan membersihkan hati dari sifat-sifat tercela.

Hidup sufi merupakan jalan yang dilalui oleh para ahli sufi untuk menyempurnakan hidupnya dihadapan Tuhan, namun demikian cara hidup sufi yang dilalui atau dijalani oleh para ahli sufi satu dengan yang lainnya tidak serupa. Misalnya Rabiah Ad-Dawiah (seorang sufi perempuan) yang telah menghias lembran sejarah sufi didalam abad kedua Hijriah. Ajaran tasawuf yang dibawanya adalah dikenal dengan istilah “Al-Mahabah”, atau cinta. Ia hidup dalam keadaan zuhud dan hanya ingin berada dekat dengan Tuhan. Segala hidupnya diperuntukkan kepada Tuhannya dengan sadar rasa kecintaan.

Hasan Al-Basri dalam menyempurnakan hidup sufinya didasarkan pada rasa takut dan harapan. Hidup kerohanian beliau dijalani dengan cara hidup zuhud didunia, menolak akan kemegahannya, semata menuju kepada Allah, tawakal, khauf (takut) dan raja (mengharap) keridhaan Allah. Diantara kata-kata hikmah yang beliau ucapkan ialah: “Perasaan takutmu sehingga bertemu dengan hati tentram lebih baik dan perasaan tentrammu yang kemudian menimbulkan rasa takut”.

Pendirian hidup dan pengalaman tasawuf Hasan Al-Basri itu dijadikan pedoman bagi seluruh ahli tasawuf dalam usahanya untuk mencapai kesempurnaan hidup. Ajaran mahabbah yang dibawa oleh Rabiah Ad-Dawiah merupakan kelanjutan dari tingkat kehidupan zuhud yang dikembangkan oleh Hasan Al-Basri. Cinta yang murni itu lebih tinggi daripada takut dan pengharapan.
Lain halnya dengan Hasan Al-Basri dan Rabiah Ad-Dawiah. Lain pula Zunnun Al-Basri yang hidup tahun 156 H-245 H. Selain sebagai sufi, beliau juga seorang filosuf. Ajaran tasawuf yang dibawa oleh beliau dikenal dengan istilah ma’rifat. Menurutnya ma’rifat adalah cahaya yang dilimpahkan ke dalam hati seseorang sufi.

Dalam dunia yang masyarakatnya tempat berkembang seringkali menghadapi problema seperti kesenjangan antara nilai-nilai duniawiyah dengan nilai-nilai ukhrawiyah. Dalam situasi demikian tasawuf merupakan kendaraan pilihan untuk mengatasi masalah ini.
Dalam kalangan generasi muda yang tertarik menempuh jalan tasawuf lebih mencari ajaran tasawuf yang lebih memadukan keseimbangan antara urusan duniawi dan ukhrawi. Maka saat-saat kontemplasi diinterprestasikan bukan sebagai alat untuk mengisolir diri dari masyarakat, tetapi lebih dari itu merupakan saat untuk merenung, menyusun konsep dan berinovasi untuk kemudian melakukan perubahan sosial dengan acuan Al-Qur'an dan Hadits.

B. Konsep Spiritual Insan Kamil
Konsep insan kamil yang di ungkapkan oleh para tokoh tasawuf sebenarnya sedikit perbedaan yang muncul, yang pasti perbedaan tersebut tidak bersifat esensial ada titik persamaannya yaitu bahwa manusia adalah sebagai wadah tajalli Tuhan atau manusia sebagai cermin Tuhan. Namun dari konsep-konsep yang ada ada. Dibawah ini akan dibahas konsep insan kamil menurut beberapa tokoh tasawuf:

1. Konsep Al-Hallaj
Konsep Al-Hallaj tentang insan kamil bermuara dari doktrin Al-Hulul, yang ketika hulul lidah al-Hallaj mengucapkan “Ana ‘l-Haqq”. Munurutnya manusia(adam) adalah sebagai penampakan lahir dari citra Tuhan yang azali kepada zat-Nya yang mutlak yang tidak mungkin di sifatkan itu. Lebih jauh Al-Hallaj berpendapat bahwa Allah mempunyai dua unsur dasar yaitu sifat ketuhanan (lahut) dan sifat kemanusiaan (nasut), demikian juga manusia. Sehingga mungkin saja terjadi penyatuan antara Allah dan manusia dan hal itu akan terjadi ketika manusia telah membersihkan batinnya sehingga sifat-sifat kemanusiaan lebur ke dalam sifat-sifat ketuhanan, kejadian itu dinamakan hulul. Saat itulah manusia telah mencapai derajat kesempurnaanya.

Disamping itu Al-Hallaj juga mengemukakan teori “Nur Muhammad (Al-Haqiqah Al-Muhammadiyah). Baginya Nabi Muhammad mempunyai dua esensi. Pertama esensinya sebagai nur (cahaya) azali yang qadim yang menjadi sumber segala ilmu dan ma’rifat, pandangan ini sesuai dengan hadits qudsi yang mengatakan ”Kalau bukan karenamu tidak akan ku ciptakan alam semesta ini”. Kedua Muhammad sebagai esensi baru yang terbatas dalam ruang dan waktu. Nabi Muhammad adalah contoh manusia sempurna dalam Islam.

2. Konsep Ibn ‘Arabi
Berbicara tentang Ibn ‘Arabi tidak akan lepas dari doktrin wahdatul wujud dengan tajalli Tuhan yang selanjutnya membawa kepada ajaran insan kamil. Mengenai insan kamil Ibn ‘Arabi berpendapat bahwa insan kamil adalah duplikasi Tuhan (Nuskhah Al-Haqq).

Yang paling tampak kekamilannya di antara manusia adalah Nabi Muhammad. Di belakang Nabi terdapat Al-Haqiqah Al-Muhammadiyah (kebenaran atau esensi Muhammad) yang merupakan kekuasaan kreatif Tuhan. Insan kamil adalah tujuan penciptaan, yang merupakan mikrokosmos yang merefleksikan keagungan Tuhan, makrokosmos. Karena para nabi adalah refleksi manusia sempurna maka mereka adalah wali (sahabat) Tuhan. Kualitas ini lebih tinggi daripada kualitas kenabian.

Menurut Ibn ‘Arabi manusia mempunyai dua aspek. Jika menurut Al-Hallaj manusia mempunyai dua unsur, maka Ibn ‘Arabi menggabungkan keduanya menjadi satu aspek yaitu aspek batin yang merupakan esensi, aspek ini disebut Al-Haqq. Kedua aspek luar yang merupakan aksiden desebut Al-Khalq. Semua makhluk dalam aspek luarnya berbeda tapi dalam aspek batinnya satu, yaitu Al-Haqq.

3. Konsep al-Jili
Dalam kitabnya Al-Insan Al-Kamil fi Ma’rifah Al-Awakhir wa Al-Awa’il, Al-Jili mengidentifikasi insan kamil dalam dua pengertian. Pertama, insan kamil dalam pengertian konsep pengetahuan mengenai manusia yang sempurna. Dalam pengertian demikian, insan kamil terkait dengan pandangan mengenai sesuatu yang dianggap mutlak yaitu Tuhan. Kedua, insan kamil yang jati diri yang mengidealkan kesatuan nama serta sifat-safat Tuhan ke dalam hakikat atau esensi dirinya.

Al-Kamal (kesempurnaan) menurut Al-Jili (1975) (dalam H.M. Amin Syukur, 2002) mungkin dimiliki manusia secara potensial (bil quwwah), dan mungkin pula secara aktual (bil fi’li) seperti yang terdapat pada diri wali dan Nabi, namun intensitasnya berbeda-beda, dan yang paling sempurna adalah Nabi Muhammad. Al-Jili juga menandaskan bahwa insan kamil merupakan mikrokosmos dan makrokosmos, jami’ al-haqaiq al-wujudiyah, qalbnya = arasy), aqalnya = qalam, nafsnya = lauh al-mahfudz, mudrikahnya = kaukab, al-qawiy = al-muharrikahnya = asy-syams, dan lain sebagainya.

Proses tajalli menurut konsep Al-Jili sebenarnya di mulai dari tajalli Dzat pada Sifat dan Asma kemudian pada perbuatan-perbuatan sehingga tercipta alam semesta. Akan tetapi dalam rangka meningkatkan martabat rohani, tajalli tersebut di tempatkan pada urutan terbalik, di mulai tajalli perbuatan-perbuatan (tajalli al-af’al), tajalli nama-nama (tajalli al-asma’), tajalli sifat-sifat (tajalli al-shifat), dan yang terakhir tajalli dzat (tajalli al-dzat).

Al-Jili mempunyai konsep tanazul (turun) dan taraqqi (pendakian), dalam pengalaman Al-Jili proses tanazul Tuhan mengambil tiga tahap yaitu ahadiyah, huwiyah dan aniyah. Pada tahap ahadiyah Tuhan dalam keabsolutan-Nya baru keluar dari al-‘ama, kabut kegelapan, tanpa nama dan sifat. Pada tahap hawiyah nama dan sifat Tuhan telah muncul, tetapi masih dalam bentuk potensial. Pada tahap aniyah, Tuhan menampakkan diri dengan nama dan sifat-sifat-Nya pada makhluk-Nya. Dan tajalli Tuhan yang paling sempurna terdapat pada insan kamil.

Untuk mencapai tingkat insan kamil sufi mesti mengadakan taraqqi melalui tiga tingkatan yaitu: bidayah, tawassuth, dan khitam. Pada tingkat bidayah seseorang mulai dapat merealisasikan asma-asma dan sifat-sifat Tuhan. Pada tingkat tawassuth seseorang tampak sebagai orbit kehalusan sifat kemanusiaan dan sebagai realitas kasih sayang Tuhan. Terakhir pada tingkat khitam seseorang telah dapat merealisasikan citra Tuhan secara utuh. Pada tingkat inilah seorang sufi menjadi insan kamil.

4. Konsep Nuruddin Al-Raniri
Insan kamil bagi Al-Raniri adalah hakikat Muhammad, merupakan hakikat pertama yang lahir dari tajalli Satu Dzat kepada dzat yang lain (Allah dengan Nur Muhammad). Hakikat Muhammad itu menghimpun seluruh kenyataan yang ada, karena seluruh alam ini merupakan wadah bagi Asma dan Dzat Allah. Dari sini posisi insan kamil menjadi penting bagi semua keberadaan alam ini dan sekaligus sebagai cermin Allah untuk melihat hasil perjalanannya. Jadi seseorang bisa dikatakan insan kamil ketika dia telah memiliki Nur Muhammad dalam dirinya, yang dengan itu menjadi wadah tajalli Ilahi yang paripurna.
Selain itu insan kamil juga disebutnya sebagai khalifah Allah pada rupa dan makna. Maksud dengan dengan rupa adalah pada hakikat wujudnya. Wujud khalifah itu terjadi dari wujud Allah yang menciptakannya sebagai khalifah. Dengan kata lain, dia diciptakan dari sebab wujud-Nya.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Insan kamil artinya manusia yang sempurna. Adapun yang dimaksudkan dengan manusia sempurna adalah sempurna dalam hidupnya. Seseorang dianggap sempurna dalam hidupnya apabila memenuhi kriteria-kriteria tertentu.

Hasan Al-Basri dalam menyempurnakan hidup sufinya didasarkan pada rasa takut dan harapan. Hidup kerohanian beliau dijalani dengan cara hidup zuhud didunia, menolak akan kemegahannya, semata menuju kepada Allah, tawakal, khauf (takut) dan raja (mengharap) keridhaan Allah. Diantara kata-kata hikmah yang beliau ucapkan ialah: “Perasaan takutmu sehingga bertemu dengan hati tentram lebih baik dan perasaan tentrammu yang kemudian menimbulkan rasa takut”.

Konsep insan kamil yang di ungkapkan oleh para tokoh tasawuf sebenarnya sedikit perbedaan yang muncul, yang pasti perbedaan tersebut tidak bersifat esensial ada titik persamaannya yaitu bahwa manusia adalah sebagai wadah tajalli Tuhan atau manusia sebagai cermin Tuhan. Namun dari konsep-konsep yang ada ada.

Dilema Muhammad: “ALLAH Mengutus 124.000 Nabi"



Andaikata benar Allah SWT telah mengirim 124.000 nabi dalam rentang waktu 4600 tahun sejak Adam, maka ini berarti bahwa Allah rata-rata telah mengirim seorang nabi baru ke dunia ini setiap DUA MINGGU, lalu tiba-tiba STOP persis pada wahyu terakhir kepada Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir! Ini berarti banyak sekali wahyu-wahyu Allah yang sudah bertebaran di dunia ini, baik lisan maupun tulisan, yang kesemuanya berkesinabungan lurus dengan Quran dan Islam.

Oleh: Ram Kampas

Kita tahu bahwa dari generasi Adam hingga generasi Abraham ada terbentang 2000 tahunan. Begitu pula generasi Abraham hingga Yesus (tahun Masehi) ada terbentang 2000 tahun kedua. Dengan demikian, dari zaman Adam hingga Muhammad ada terbentang sekitar 4600 tahun.

Tapi kita juga tahu dari HR Musnad Ahmad no. 22288 bahwa Abu Dharr pernah bertanya kepada Muhammad tentang jumlah nabi-nabi yang ada. Dan beliau berkata:

“(Telah) diutus 124.000 Nabi-nabi, dan 315 diantaranya adalah Rasul-rasul”. [NB. Nabi dalam definisi Islam adalah orang yang mendapatkan wahyu Allah (walau tidak diperintahkan khusus untuk menyampaikannya sebagaimana halnya dengan Rasul)].

Maka izinkanlah kita kini untuk bertanya kepada Muhammad (atau wakil-wakilnya yang manapun) kalau-kalau beliau/mereka yang membuat klaim ini benar-benar paham MATEMATIKA. Sebab, andaikata benar Allah SWT telah mengirim 124.000 nabi dalam rentang waktu 4600 tahun sejak Adam, maka ini berarti bahwa Allah rata-rata telah mengirim seorang nabi baru ke dunia ini setiap DUA MINGGU, lalu tiba-tiba STOP persis pada wahyu terakhir kepada Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir! Ini berarti banyak sekali wahyu-wahyu Allah yang sudah bertebaran di dunia ini, baik lisan maupun tulisan, yang kesemuanya berkesinabungan lurus dengan Quran dan Islam.

Muhammad berkata: “Setiap Nabi diutus hanya kepada bangsanya sendiri tetapi aku telah diutus kepada seluruh bangsa” (Hadis Shahih Bukhari 7, nomor 331).

Disini kita dapat melihat bahwa Muhammad pada awalnya merasa bahwa Allah tidak akan adil bilamana Dia hanya berbicara dengan satu bangsa pilihan saja. Muhammad tampaknya menolak gagasan bahwa bangsa Yahudi itu adalah bangsa pilihan Allah dengan “satu wahyu kenabian bagi semua bangsa”. Muhammad lebih menginginkan sebuah pewahyuan dalam bahasa Arabik, teks dan bacaannya. Itu sebabnya, ia melontarkan pernyataan MAHA GHAIB TANPA BUKTI DAN JEJAKNYA bahwa Allahlah yang telah mengutus 124.000 nabi kepada setiap bangsanya sendiri-sendiri! Tapi yang berakhir dengan ketidak-adilan yang tadinya ditolaknya, yaitu dengan menciptakan bagi dirinya yang Arab sebuah pewahyuan Arabik yang harus diberlakukan untuk seluruh bangsa! Bahkan sampai sholatpun setiap Muslim harus berbahasakan Arab kepada Allah jikalau sholatnya mau sampai ke telinga dan hati Allah.

Mohon Sarjana Muslim bisa tolong menjelaskan kepada dunia hal-hal berikut ini:

1. Ketika Muhammad berkata, “ Setiap nabi (dari angka 124.000 nabi dan angka 315 rasul) diutus hanya kepada bangsanya sendiri”, maka Allah tampaknya telah mengalokasikan jatah seorang atau beberapa nabi Nya kepada bangsa-bangsa yang ada, setempat-setempat, alias nabi lokal-Nya masing-masing, yang berbicara dalam bahasa lokalnya sendiri-sendiri. Celakanya Muhammad tidak mampu menyebutkan siapa nabi Allah dari bangsa-Ajam (asing) di luar Yahudi dan Arab. Ia hanya mampu men-spekulasikan (membualkan) angka-angka yang random, semisal 25 nama NABI dalam Quran, 124.000 TOTAL (minus 25) tanpa nama diluar Quran, dan tidak mampu menegaskan berapa yang termasuk dalam 315 RASUL.

2. Menyebut angka 25, 315, atau 124.000 nabi/rasul adalah sia-sia. Tak berguna sedikitpun! Bilapun Muhammad salah bualan matematikanya menjadi 24, 310 atau 123.000 nabi, inipun tidak berpengaruh apapun bagi agama Islam. Yang penting adalah apa peran dan ajaran yang Tuhan mau SAMPAIKAN lewat nabi tersebut kepada umatNya! Dan kita semua tahu bahwa Muhammad paling gemar bermain dan membualkan angka-angka kebodohan (yang tak berguna) demi menguatkan hal-hal yang mistis bagi selera pengikut Arabnya yang buta aksara.

SEKEDAR CONTOH ANGKA BUALAN NABI yang dipercaya Muslim:
“Sayap Jibril ada 600 pasang”
“Karena Muhammad LUPA, maka Malam Qadar diperkirakannya jatuh pada sepertiga akhir bulan Ramadhan, diangka-angka ganjilnya”
"Rentang waktu antara pembangunan Masjidil Haram (oleh Ibrahim) dengan Al-Aqsa adalah beda 40 tahun (Bukhari #55, Hadith #585).
“Mikraj Muhammad sampai ke surga ke-7. Disini ia membuat angka-angka surga yang terbalik. Ia mendongengkan dirinya bertemu dengan MUSA disurga ke-7, tertinggi, karena Musa memang telah diberi kehormatan berbicara langsung dengan Allah (HSB Book #93, Hadith #608). Tetapi dilain kesempatan Muhammad menyatakan pertemuannya dengan Musa adalah disurga ke-6, dan selanjutnya Ibrahim disurga ke-7 (HSM Book #1, Hadith #309).

3. Nabi mungkin tidak punya Kitab (entahlah), tapi rasul seharusnya punya kitab yang harus disampaikannya. Jadi dimana KITAB NUH, jika ia disebut sebagai Rasul? Muslim akan menjawab bahwa dimasa Nuh, belum dikenal aksara tekstual, jadi tak ada Kitab Nuh.

Tapi dengan alasan yang sama (non-eksistensi aksara tekstual), koq Ibrahim disebut-sebut sudah punya KITAB IBRAHIM pada zamannya? (QS87:19). Dan anehnya, Kitab ini tidak ditemukan dalam sejarah Islam yang katanya telah hadir sejak Adam diciptakan. Padahal Adam itu Muslim, kan?

4. Muhammad melagak seolah hebat tahu akan jumlah nabi dan rasul. Tapi TAHUKAH dia akan hal yang jauh lebih penting, yaitu tahu akan ISI-AJARAN dan risalah yang dibawakan masing-masing nabi tersebut? Dia menyebut-nyebut Kitab Zaburnya Daud misalnya, sebanyak 3x (Surat 4:163, 17:55, 21:105). Akan tetapi adakah Muhammad dan Muslim tahu akan Kitab ajaib yang harus diimani pula oleh Muslim ini? Tahukan bahwa Zabur bergaya puisi rohani yang sangat indah? Bahwa ia bukan saja terbatas pada kumpulan doa permohonan, dan mazmur pujian, dan nyanyian ucapan syukur, melainkan juga mencakup ratapan dan pengakuan dosa, serta berisi pengajaran dan hikmat, bahkan NUBUAT tentang keberadaan dan jati-diri Yesus Mesias sebagai sosok yang tersalib? Nah, jikalau Nabi Daud telah menubuatkan dengan tepat penyaliban dan kebangkitan Al-Masih 1000 tahun sebelumnya, kenapa Muhammad koq masih datang dengan “wahyu” sepihak yang menyalahinya? Muslim sering tidak paham, bahwa Nubuat yang terbukti, adalah keabsahan ilahiah yang tidak bisa dibantah lagi. Ia shahih 1000 x ketimbang ayat Quran yang hanya klaim, tanpa bukti apapun!

5. Dan yang paling memalukan Islam adalah, SIAPAKAH kiranya seratusan ribu nabi-nabi itu yang telah menerima wahyu Allah SWT-ISLAMI yang dapat dicari jejaknya diseluruh dunia? Disini Ulama diam seribu bahasa karena tidak bisa menampilkan SATU SOSOK NABI ISLAMI LOKAL (yang telah diutus oleh Allah Islam) yang mengajarkan ajaran-ajaran ala Muhammad kepada bangsa lokalnya. Tak ada Nabi Islami sebelumnya di Tiongkok misalnya. Entah itu Lao Tze, atau Kong Hu Cu dll., semuanya tidak ada yang mengajarkan jihad dan adanya dunia akhirat, sebaliknya Kong Hu Cu berkata,“Jika kalian masih belum tahu tentang kehidupan, bagaimana kalian tahu soal kematian?” Demikian pula dengan di India. Tak ada nabi Hindu sejak 1200 SM yang memberitakan ajaran-ajaran NON-Veda, kekerasan kepada kafir, atau mengajar diluar konsep Karma dengan reinkarnasinya.

Atau lebih gampangnya, jangankan 124.000 nabi, namun cukup Ulama Indonesia temukan ANGKA MATEMATIKA, SATU SAJA nabi Islami di tanah Indonesia sebelum abad ke-6?

Di Taruma Negara? Malawarman? Dengan bahasa atau Kitab lokalnya!

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW


Oleh: RAM KAMPAS

Asal muasal Maulid Nabi, yaitu berasal dari kaum bathiniyyah (kebatinan) yang memiliki dasar-dasar akidah Majusi dan Yahudi yang menghidupkan syiar-syiar kaum salib; maka… “Apakah benar jika kita menjadikan orang-orang seperti itu sebagai sumber ibadah kita dan syiar agama kita?”

Sementara itu kita pun mengatakan:

“Sesungguhnya abad-abad awal yang diutamakan oleh Allah, tempat para panutan kita –salafuna shalih – hidup tidak ada secuil pun bagi adanya ibadah semacam ini, entah dari ulamanya atau dari masyarakat awamnya. Tidakkah cukup bagi kita apa yang dahulu cukup bagi mereka, salafus shalih itu?”

Orang yang memperhatikan sejarah Nabi saw, serta sejarah para sahabat dan para tabi’in serta atba’ tabi’in bahkan hingga generasi sesudah tahun 350 H, tidak akan mendapatkan seorang pun dari umat Islam yang mengadakan mauludan atau Perayaan Maulid Nabi, atau memerintahkan-nya, atau bahkan membicarakannya.

Imam al-Hafizh as-Sakhawi al-Syafi’i dalam fatwanya berkata:

“Perayaan maulid tidak dinukil dari seorang pun dari salaf shalih di tiga zaman 9generasi) yang utama. Akan tetapi hal itu terjadi setelah itu.” (Mengutip dari Subulul Huda war-Rasyad (1/439), karya al-Shalihi, cetakan Kementrian Waqaf Mesir.)

Jadi pertanyaannya yang sangat mengusik adalah:

Sejak kapan Perayaan Maulid ini ada?

Apakah diadakan oleh para ulama, atau para raja, atau oleh para khulafa` ahlus sunnah yang dipercaya agamanya? Ataukah dari orang-orang yang menyimpang dan memusuhi sunnah? (www.saaid.net/mktarat/Maoled/1.htm)

Pertanyaan ini dijawab oleh para ulama Islam, diantaranya oleh Syaikhul Azhar Syaikh Athiyah Shaqr:

“Para sejarawan tidak mengetahui seorangpun yang merayakan Maulid Nabi sebelum Dinasti Fathimiyyah, sebagaimana yang dikatakan oleh Ustadz Hasan as-Sandubi. Mereka merayakan Maulid Nabi di Mesir dengan pesta besar. Mereka membuat kue dalam jumlah besar dan membagi-bagikannya, sebagaimana yang dikatakan oleh al-Qalqasandi dalam kitabnya Shubhul A’sya.” Lalu Syaikh Athiyah mejelaskan urutan sejarah maulid sebagai berikut:

Pertama di Mesir. Orang-orang Fathimiyyah merayakan berbagai macam maulid untuk ahlul bait. Yang pertama kali melakukan adalah al-Muiz lidinillah (341-365H) pada tahun 362 H. Mereka juga merayakan Maulid Isa (natalan). Kemudian Maulid Nabi – begitu pula maulid-maulid yang lain – pada tahun 488 H.

Sejarawan Sunni, Syaikh al-Maqrizi al-Syafi’i (854 H) dalam kitab al-Khuthath (1/490 dan sesudahnya) berkata:

“Menyebut hari-hari di mana para khalifah Fathimiyyah menjadikannya sebagai hari raya dan musim perayaan, pesta besar bagi rakyat dan banyak kenikmatan di dalamnya untuk mereka.”

Lalu dia mengatakan:

“Adalah para khalifah Fathimiyyah di sepanjang tahun memiliki hari-hari raya dan hari-hari besar, yaitu:

Hari Raya Tahun Baru,

Hari Raya Asyura,

Hari Raya Maulid Nabi saw,

Hari Raya Maulid Ali ibn Abi Thalib ra,

Maulid Hasan dan Husain as,

Maulid Fathimah as,

Maulid Khalih al-Hadir (yang sedang berkuasa),

Malam Awal Rajab,

Malam Nishfu Sya’ban,

Malam Ramadhan,

Ghurrah (awal) Ramadhan,

Simath (tengah) Ramadhan,

Malam Khataman,

Hari Raya Idul Fitri,

Hari Raya Kurban,

Hari Raya Ghadir (Khum),

Kiswah as-Syita` (pakaian musim hujan),

Kiswah as-Shaif (pakaian musim panas),

Hari Besar Pembukaan Teluk,

Hari Raya Nairuz (tahun Baru Persia),

Hari Raya al-Ghuthas,

Hari Raya Kelahiran,

Hari Raya Khamis al-Adas (khamis al-ahd, 3 hari sebelum Paskah),

dan hari-hari Rukubat.”


Al-Maqrizi berkata (pada tahun 394 H, “Pada bulan Rabiul Awal manusia dipaksa untuk menyalakan kendil-kendil (lampu) di malam hari di rumah-rumah, jalan-jalan dan gang-gang di Mesir.”

”Dan berlakulah aturan untuk merayakan Maulid Nabi yang mulia pada bulan Rabiul Awal seperti biasa.” …
[Untuk keterangan lebih lanjut mengenai apa yang terjadi saat perayaan Maulid Nabi dipelbagai tempat/waktu serta besarnya walimah maka silakan merujuk pada al-khuthath; 1/432-433; Syubul A’sya, karya al-Qalqasandi: 3/498-499)…. Dst].

Pembaca yang mulia,
setelah kita mengetahui asal muasal Maulid Nabi, yaitu berasal dari kaum bathiniyyah (kebatinan) yang memiliki dasar-dasar akidah Majusi dan Yahudi yang menghidupkan syiar-syiar kaum salib; maka di sini kita perlu mengatakan kepada orang-orang yang menilai masalah secara proporsional, logis dan obyektif:

“Apakah benar jika kita menjadikan orang-orang seperti itu sebagai sumber ibadah kita dan syiar agama kita?”…
[Petikan sebagian dari sumber : [www.qiblati.com By www.nahimunkar.com]

KOMENTAR KRITIS KITA

Muslim terpecah dalam dua “mazhab” besar dalam isu perayaan Maulid Muhammad.Yang satu memujikan “Selamat Memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw”, dan yang lain mencerca Perayaan Peringatan tersebut yang dianggap “Upacara Bid’ah Yang Sesat” yang tidak pernah ada periwayatannya dalam Quran dan tradisi 4 generasi Islam awal, kecuali plagiat dari ritual Yahudi dan Nasrani. Imam al-Suyuthi telah memberi jawaban secara tertulis: Adapun perbuatan menyambut maulid merupakan bid’ah yang tidak pernah diriwayatkan oleh para salafush-shaleh pada 300 tahun pertama selepas hijrah…

Para pendukung Maulid Nabi menyanjung dan bersenandungkan Muhammad dalam syairnya:

"Do not ask me, friend; where is Muhammad?
Hidden in my heart, there is Muhammad!
Is there need to wander to Medina?
Here and there -- apparent is Muhammad.
In my heart and eyes resides forever
From the day of covenant, Muhammad ..."
(lihat Annemarie Schimmel dalam bukunya: "And Muhammad is His Messenger").


“Sekitar 1500 tahun lalu, sebuah kemuliaan terbesar diterima oleh alam semesta. Sosok yang dzat-nya telah diciptakan terlebih dahulu atas segala sesuatu sekaligus dzat yang karenanya segala sesuatu diciptakan, terlahir ke dunia. Namanya Muhammad yang bergelar Rasul dan Nabi Saw. Ia lahir dari rahim suci Aminah yang tak lain adalah istri lelaki mulia bernama Abdullah (Abdi Allah)”.

Para Ulama traditional telah menempatkan Muhammad tidak lain kecuali ciptaan yang paling utama, paling indah, dan paling sempurna dari semua ciptaan yang ada. Beliau diciptakan dariCahaya Allah sendiri jauh sebelum Adam. Dan sesungguhnyalah keseluruhan alam semesta diciptakan demi untuk Muhammad sebelum dia hadir ke dunia. Dengan perkataan lain, esensi dari eksistensi universe adalah perayaan dari kelahiran Muhammad!

Oleh karena itu—mereka berdalil—bahwa perayaan natal Muhammad adalah sebuah penghormatan yang paling layak, karena merupakan festival TAWHID, kelahiran Islam, kelahiran cahayaNya, dengan turunnya wahyu yang jatuh pada hari Senin, dengan kelahiran seseorang yang paling dikasihi Allah Ta’ala (juga pada hari Senin), dan inilah antara lain pokok sumbernya,

1. (Sahih Muslim, Book 6, Hadith 2603 dan 2606),
Abu Qatadah al-Anshari meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. ketika ditanya mengapa beliau berpuasa pada hari Senin, menjawab, “Itulah hari aku dilahirkan dan itulah hari saat aku diangkat jadi nabi, dan itu juga hari yang kepadaku diturunkan wahyu”. [Note, itulah Maulid Nabi]

2. (Qu'ran 5:15), “Sesungguhnya telah datang kepadamu (Muhammad) cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan’ [408]. [Note: 408]. Cahaya maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dan Kitab maksudnya: Al Quran. Sempurna tak bercela!

3. “Ujud pertama-tama yang Allah ciptakan adalah cahaya saya, dan ujud pertama yang Allah ciptakan adalah roh saya, dan saya adalah Nabi
ketika Adam masih antara air dan debu tanah” (Ahadith-i-Mathnawi).

4. (Quran 21:107), “Dan tiadalah Kami mengutus kamu Muhammad, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” dan… [Muhammad adalah rahmat segenap alam dan Islam rahmatan lilalamin].

4a. (Shahih Bukhari 4.56.757), Rasul Allah berkata, “Saya telah diutus sebagai generasiketurunan Adam yang terbaik keseluruhannya sejak penciptaan”

5. (Quran 48:10), “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka…“ [Note, Muslim sudah melakukan bai’at (sumpah setia sampai mati) kepada nabinya, mengikatkan hidup-matinya bagi Nabi].

6. (Shahih Bukhari 2, no.14), Nabi berkata, “Tidak seorangpun dari kalian itu beriman sebelum ia mencintai aku melebihi ayahnya, anaknya, dan seluruh manusia”.

6a. (Quran 9:24), Nabi mengancam dan menuntut dirinya untuk dicintai melebihi ciptaan apapun dan siapapun, termasuk harta, properti, perniagaan, bapak, anak-istri, saudara dan keluarga besar.

Itu sebabnya para pengusung perayaan Maulid Muhammad berseru:

“Kami berkata, kami tidak malu untuk mengatakan ini: Nabi Muhammad adalah Cahaya kami; Nabi Muhammad adalah Hati kami; Nabi Muhammad adalah Hidup kami. Sebab tanpa beliau Nabi tercinta kami tak akan pernah diberi petunjuk untuk mengenal Allah, Yang Mahakuasa dan Mahamulia; tidak mengenal malaikat-malaikat, para nabi, kitab-kitab pewahyuan, dan juga tidak alam akhirat. Ketika tuan kami Ali ditanyai tentang kekuatan baktinya kepada Rasul Allah (saw), iapun menjawab: "Demi Allah, kami menjunjung beliau melebihi anak-anak kami, orang tua kami, dan semua harta kami. Beliau lebih berharga bagi kami ketimbang air bersih bagi jiwa yang haus”.

MAU PERCAYA BEGITU SAJA?

Dalil-dalil yang dipakai untuk merayakan natal Muhammad kelihatannya sangat heroik dan meyakinkan. Tetapi sungguh tidak satupun yang relevan dan bermakna ilahi! Tak ada landasan dari seruan nabi atau maklumat malaikat atau Allah, kecuali hanya berawal dari kebangkitan naluri nafsu manusia untuk mengagung-agungkan sosok Junjungannya dengan ritual yang nyata, walau sampai harus menyontek perayaan pihak lain, ingat kasus puasa Asyura yang diadopsi oleh Islam (baca: plagiat Muhammad!) dari perayaan umat Nabi Musa. Tidak satupun dalil Maulid Nabi yang bersubstansi, melainkan hanya klaim-kosong semata, bahkan berkontradiksi sesamanya, menggunakan logika yang membodohi, slogan yang membius, tanpa bukti dan saksi!

Inilah antara lain sanggahan terhadap dalil-dalil mereka yang membodohi:

1. Hari Senin adalah hari kelahiran nabi dan hari pewahyuan kenabian?

Justru tak ada Muslim yang bisa menyodorkan hari persisnya kelahiran Muhammad. Senin yang bagaimana, dan turun-wahyu yang dimana? Bukankah Muslim Sunni menganut hari lahirnya pada tanggal 12 Rabiul Awal, sementara Muslim Shi'a menetapkannya pada 17 Rabiul Awal? Dan Senin yang bermakna khusus apa bagi Islam? Bukankah Maulid Muhammad tahun ini di Indonesia jatuh pada hari Selasa besok? Dan tahun kemarin (2013) jatuh pada hari Kamis? Jadi apa bobotnya Senin bagi Maulid, bagi Islam, seperti yang Allah inginkan? Bahkan Senin yang satu mana untuk hari turunnya wahyu yang pertama itu? Apakah di malam Lailatul Qadar (Quran Sura Al-Qadar, entah kapan dan dimana), ataukah di siang hari di Gua Hira (Quran Sura Al-Alaq ditahun 510 M)? Keduanya jelas berpenanggalan beda, dan tak ada sangkut-pautnya SAMASEKALI dengan pengangkatan kenabian!

Disinilah Muslim banyak yang disesatkan seolah-olah kenabian Muhammad ditahbiskan oleh Allah mulai saat itu. Namun faktanya tak ada ayat pengutusan atau pentahbisan kenabian apapun yang terjadi disitu.

2-3. Muhammad adalah Cahaya Allah dan adalah ciptaan pertama?

(a). O, awal penciptaan Muhammad?! Itu adalah peristiwa terbesar! Tapi bagaimana kejadiannya, dan apa kata-kata Allah secara VERBATIM pada saat-saat itu? Bandingkan dengan Firman Elohim sesaat sebelum penciptaan: Berfirmanlah Tuhan Elohim, "Jadilah (Cahaya) terang." Lalu terang itu jadi (Kejadian 1:3). Apakah itu event terjadinya sosok Muhammad?!

(b). Dalam Islam, Muhammad tercipta dari Cahaya Allah? Malaikat dari Api? Dan manusia dari Debu Tanah? Lalu kenapa Muhammad mati dan menjadi debu-tanah di kuburnya di Medina? Bahkan dimana beliau saat ini berada (?) ketika semua nabi-nabi Allah lainnya justru TELAH BERADA DI SURGA di tingkat langit yang berbeda-beda? (sesuai dengan kisah Israa’-Mi’raj dimana Muhammad sendiri telah bertemu dengan para nabi di surga). Kenapa para Ulama Islam tahu persis dimana keberadaannya para nabi-nabi dulu, tetapi tidak tahu persis dimana Muhammad kini berada kecuali berkata bahwa Nabi ada di alam kubur, atau alam barzakh (QS.23:100), menunggu hingga hari Kebangkitan dengan kedatangan Isa al-Masih.

(c). Kenapa pernyataan ini (klaim Muhammad dari Cahaya Allah) ini disembunyikan Allah kepada nabi-nabi terdahulu, dan bukan disampaikan sebagai NUBUAT ILAHI? Melainkan baru disampaikan kepada nabi terakhir sebagai KLAIM dirinya, setelah ada “FAKTA”, yang mana bisa direkayasakan oleh setiap orang yang mengklaim dirinya?

4. Muhammad diutus Allah sebagai rahmat bagi semesta alam? Dan generasi keturunan Adam yang terbaik keseluruhannya?

Bangsa yang tidak berurusan dengan Nabi SAW dan Allah SWT (seperti Jepang, Korea, Taiwan, Swiss, Denmark, negara-negara di Scandinavia) nyatanya justru menikmati “rahmatan” tingkat atas, dibandingkan dengan “rahmatan utopia” dari negara-negara Islam yang selalu mempertontonkan diri dengan saling menuntut, mengintrik, mengkafiri, melaknati, dan membantai sesamanya dikalangan internnya.

Dan dalam moralitas yang bagaimanakah Muhammad dapat menonjolkan dirinya sebagai sosok terbaik serta pembawa rahmat? Anti pedofil? Anti dusta? Anti benci, dendam dan kekerasan? Anti membunuh? Anti merampok? Contoh kekudusan? Contoh seksualitas yang mulia? Contoh welas-asih kepada sesama/musuh? Contoh mengurbankan nyawa bagi domba-dombanya? Singkatnya, siapakah sosok yang paling SUCI, BENAR, dan paling terkemuka di seluruh dunia dan di alam akhirat menurut Allah: Muhammad atau Isa Al-Masih? (QS.19:19, 34; 3:45)

Muslim cenderung terjebak dengan anggapannya sendiri bahwa “ayat” itu sama dengan “bukti”. Padahal ayat atau firman – walau dari atau atas nama Allah – bukanlah bukti otomatis, melainkan hanyalah sebuah klaim sepihak belaka dari orang yang mengatakannya. Ayat firman harus dibuktikan dengan firman KUN (kun fayakun! Manifestasi kuasa ayat dengan tanda sorgawi) barulah ia terbukti sebagai firman. Ia pasti tidak menjadi kebenaran ilahiah bilamana ia jelas-jelas bermasalah, atau bertentangan dengan fakta dan kebenaran yang muhkamat, atau yang tidak didukung dengan TANDA KUN, saksi dan kuasa-ilahi yang memang tersedia bagi setiap nabi Tuhan demi meneguhkan/membuktikannya. Yesus berkata dengan sangat jelas tentang keabsahan sebuah kebenaran:

“Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar;Ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar” (Yoh.5:31).

Dan Yesus menunjukkan banyak pihak-pihak lain yang menyaksikan klaim diriNya sebagai tanda kebenaran. Yaitu kesaksian dari Nabi Yahya dan lain-lain nabi, kesaksian Alkitab, Kesaksian Bapa Elohim, para Malaikat dengan saksi mata, mukjizat dan nubuatNya (lihat ayat lanjutannya dll).

5-6. Nabi menuntut pengorbanan total dari diri para umatnya kepada diri NABI? Pengorbanan yang melebihi cinta kepada diri mereka sendiri? Terus terang, Mungkinkah hal ini sesungguh-sungguhnya bisa dan boleh dilakukan oleh manusia Muslim terhadap manusia Muhammad? Muslim bisa tertipu disini.

Pertama, apakah Muhammad mengenal betapa Tuhan dan nabi-nabiNya terdahulu pernah menuntut cinta maksimal dari umatnya? Perintah Taurat dan Injil berkata: KASIHILAH SESAMAMU MANUSIA SEPERTI DIRIMU SENDIRI. Itulah kasih tertinggi dan yang bisa diukur diantara manusia terhadap manusia. Tak bisa dan tak boleh lebih! Bila lebih, maka itu namanya mendewakan Nabinya yang hanyalah seorang manusia bersama dengan Allahnya yang Mahatinggi, dan ini adalah sebentuk “pemberhalaan” kepada DUA ILAH. Karena tuntutan manusia Muhammad ini terhadap manusia umatnya, maka kini kita tidak begitu heran kenapa banyak Muslim justru lebih mendidih amarahnya (dan siap mati) ketika merasa Nabinya dihujat ketimbang Allah SWT sendiri yang dihujat!

Kedua, apakah Muhammad juga tahu bahwa justru Nabi-lah yang harus mengorbankan segalanya bagi umatnya, dan bukan sebaliknya? Justru nabi yang harus mencontohkan taat hukum, dan bukan menikmati pengecualian hukum [seperti poligami sesuka jumlah istri, mengawini anak mantunya, pilih kasih antar istri (Aisyah), kawin tanpa wali dan saksi (Zainab), rampas 1/5 harta jarahan, tidak bersunat, dst], harus mendoakan umatnya dan bukan perintahkan mereka untuk bershalawat kepada nabinya di waktu pagi 10 kali dan petang 10 kali demi "barter jual beli untuk mendapatkan syafaat nabi di hari kiamat."

Abraham mengorbankan kampung halamannya dan segala yang dipunyainya, bahkan anaknya siap dikurbankan. Musa meninggalkan kemewahannya 40 tahun di istana Firraun dan hidup mendusun 40 tahun, lalu mengembara 40 tahun di gurun bersama umatnya. Nabi Yahya yang hidup dan berseru digurun menerompetkan Yesus sebagai Kalimat Allah (QS.3:39), sampai mengurbankan kepalanya (dipancung) demi kebenaran. Dan Yesus?O, Dia justru terbukti mengorbankan semua yang Ia miliki! Dan Dia berkata sesuatu yang ditujukan kepada umatNya, tapi juga dikhususkan kepada umat lainnya yang terbius bualan nabinya yang palsu:

"Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia (Yesus) tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." …“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya (Matius 8:20, Yohanes 10:11)

AKHIR KATA & RENUNGAN

Hari-hari ini dunia menyaksikan satu fenomena negatif bahwa Hari Natal Yesus yang paling kokoh dasarnya itu justru banyak dihujat oleh pihak Muslim sementara Natal Muhammad yang SAMASEKALI tak berdalil surgawi itu justru tidak dikritisi kedalam. Bagaimanapun dunia mempunyai segala alasan SHAHIH kenapa Natal Yesus layak dirayakan dengan penuh sukacita besar. Ya, itulah Natalnya seorang Juruselamat, Mesias (Al-Masih), dan Tuhan! Dan Malaikat Tuhan sendiri yang memaklumatkan kepada Maria dan para gembala sebagai saksi-mata. Resapilah SELAMAT NATAL sorgawinya yang berwibawa:

KATA MALAIKAT KEPADA PARA GEMBALA:

"Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. … Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Elohim, katanya: "Kemuliaan bagi Elohim di tempat yang mahatinggi dan damai – sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." (Luk 2:10-14)

Wednesday, March 19, 2014

Batalkan Hari "Membakar Qur’an




Ketika sikap tidak bertanggung-jawab bertemu dengan sikap tidak rasional


Sebagai pendiri dan direktur Answering Islam, saya menolak dan mengecam himbauan untuk membakar Qur’an yang diserukan oleh Pendeta Terry Jones.

Walaupun saya menyadari pentingnya membongkar dan memaparkan kepalsuan Qur’an dan aspek-aspek yang jahat dari Islam – dan Answering Islam telah melakukannya selama lebih dari 15 tahun – Hari Membakar Qur’an ini gila, tidak bertanggung-jawab dan tidak mencerminkan sikap kristiani berdasarkan beberapa alasan.

Kegilaan

Selama era komunis, rejim totaliterian di Uni Soviet, Rumania, Vietnam dan negara-negara komunis lainnya menghancurkan ratusan ribu Alkitab (dibakar, disobek-sobek dan dijadikan kertas toilet). Tetapi penghancuran-penghancuran Alkitab itu tidak pernah membuat seorang Kristen (atau non-Kristen) percaya bahwa Alkitab itu salah atau jahat. Penghancuran fisik hanya menjadikan Alkitab lebih berharga dan banyak orang telah mempertaruhkan hidup mereka untuk memperoleh Alkitab atau memberikan Alkitab kepada gereja-gereja yang dianiaya.

Gagasan tidak dapat diperangi dengan cara membakar buku-buku yang menulis tentang gagasan tersebut. Gagasan dan ideologi harus diperangi dengan memberikan argumen-argumen yang benar dan tepat. Gagasan dan ideologi hanya dapat dikalahkan dengan cara mengekspos kesalahan-kesalahan dan/atau imoralitas yang terkandung di dalamnya.

Dengan membakar buku apapun – apakah itu Alkitab, Qur’an atau Manifesto Komunis – orang yang membakar buku/kitab tersebut tidak mengekspos apapun mengenai natur buku itu; ia hanya semata-mata menunjukkan dirinya sebagai orang yang fanatik dan orang biadab yang tidak berbudaya.

Membakar Qur’an adalah gila, karena hal itu tidak akan meyakinkan seorang Muslim pun bahwa Qur’an itu salah. Itu hanya akan meningkatkan komitmen dan pengabdian mereka kepada Islam.

Pemahaman ini mestinya cukup kuat untuk mendukung bahwa membakar Qur’an adalah ide yang buruk dan kegiatan itu harus dibatalkan.

Walaupun pembakaran Qur’an tidak akan menerangi apapun, namun pasti akan menghasilkan banyak api.

Tidak bertanggung-jawab

Keinginan saya adalah agar dunia Muslim menyadari kegilaan tindakan ini dan bertindak dewasa. Apakah Terry Jones benar-benar berpikir bahwa Islam dapat dikalahkan hanya dengan membakar Qur’an? Tertawailah dia. Adakan unjuk rasa damai. Buatlah lelucon mengenai dirinya. Buatlah olok-olokan mengenai dia, namun tetap bersikap damai. Biarlah Tuhan yang menghakimi, oleh karena anda sadar bahwa Allah adalah Tuhan Pencipta alam semesta, Yang Maha Kuasa, dan Sang Hakim Utama, maka yakinlah bahwa Ia akan menghakimi dengan adil.

Bayangkan: Terry Jones ingin mengekspos kejahatan Islam – dan orang-orang Muslim tetap berikap ramah dan damai dan membiarkan tingkahnya menjadi sebuah kegagalan absolut. Itu akan sangat menakjubkan!

Sedihnya, tidak mesti orang jadi nabi untuk memprediksi bahwa akan ada ratusan ribu orang Muslim di seluruh dunia, jika tidak jutaan, yang tidak akan mempunyai kedewasaan ini, namun pasti mereka akan melakukan kerusuhan dan membunuh banyak orang yang tidak bersalah sebagai balas dendam oleh karena kegilaan satu orang di tengah masyarakat Amerika.

Ada laporan bahwa kelompok Muslim radikal di Nigeria, Pakistan, Indonesia dan negara-negara lain sedang bersiap untuk melampiaskan balas dendam mereka terhadap orang-orang Kristen setempat yang tidak bersalah. Kebencian mereka terhadap orang Kristen dan orang-orang tidak beriman lainnya sudah ada lama sebelum hal ini, tetapi peristiwa ini memberi mereka wacana dan "pembenaran" religius untuk mewujudkan kebencian dalam hati mereka dengan membunuh orang-orang Kristen dan menghancurkan rumah-rumah mereka dan merasa bahwa dengan melakukan hal itu mereka sedang memulihkan kehormatan Islam. Membunuh banyak orang yang tidak berdosa oleh karena kegilaan satu orang – ribuan mil jauhnya – yang membakar sebuah buku? Ini mentalitas yang benar-benar gila. Ini tidak rasional, tetapi sebuah realita yang menyedihkan dan jahat.

Lima tahun yang lalu, "kartun-kartun Muhammad" yang menggambarkan kekejaman Islam dipublikasikan di sebuah surat kabar Denmark. Alih-alih melakukan refleksi atas pertanyaan mengapa orang mendapatkan kesan semacam itu dan mengadakan debat sipil mengenai hal ini, dunia Muslim mengamuk dan ini menegaskan klaim bahwa Islam memang benar kejam. Kemungkinan besar, kisah sedih ini kini akan terulang kembali.

Sementara orang-orang Barat bisa saja memikirkan hal ini dalam kategori benar dan salah, dinamikanya berbeda di banyak kebudayaan Islam; disana perkara ini berkenaan dengan kehormatan, malu dan kekuasaan.

Jika orang Muslim tidak mampu mencegah pembakaran Qur’an di Amerika, mereka akan merasa terekspos sebagai kaum yang tidak berdaya dan oleh karena itu mereka akan merasa "dipermalukan". Oleh karena itu, mereka akan berusaha untuk mengatasi penghinaan ini dengan cara menunjukkan diri berkuasa di tempat-tempat lain dan akan menghancurkan serta membunuh apapun yang kelihatannya "Kristen" sebagai balas dendam untuk menegakkan kembali "kehormatan kekuasaan".

Walaupun saya tidak dapat melihat bagaimana kekerasan dan pembunuhan orang-orang yang tidak berdosa akan menegakkan kehormatan orang-orang Muslim atau Islam, beberapa (banyak?) orang Muslim nampaknya berkelakuan atas dasar psikologi yang miring seperti itu.

Oleh karena realita-realita tersebut, membakar Qur’an bukan saja gila, namun benar-benar bodoh. Kecuali ada mujizat terjadi, tidak pelak lagi hal ini akan mengakibatkan pertumpahan darah banyak orang yang tidak berdosa.

Darah itu akan menjadi tanggung-jawab orang-orang Muslim dan para pemimpin mereka yang mendorong mereka untuk melakukan tindakan pembunuhan ini. "Kamulah yang menyebabkan aku melakukannya" tidak dapat menjadi alasan. Setiap orang Muslim akan memutuskan sendiri apakah ia akan menyerang orang-orang yang tidak berdosa atau tidak, dan akan bertanggung-jawab atas darah yang ia tumpahkan. Saya mempunyai sedikit harapan bahwa Islam tidak akan kembali menunjukkan dirinya sebagai sesuatu yang jahat. Namun demikian, Pendeta Jones bersikap bodoh dan tidak bertanggung-jawab jika melakukan hal itu. Itu sama bodohnya dan tidak bertanggung-jawab jika mengusili ular derik yang beracun atau seekor beruang liar saat ada anak-anak kecil yang tidak berdaya berdiri di dekatnya, dan kemungkinan besar akan menjadi korban dari tindakan ini.

Seakan-akan kita sedang menyaksikan sebuah pertandingan ketidakwarasan. Apakah orang Muslim benar-benar ingin memenangkannya dan menunjukkan diri sebagai pihak yang paling tidak waras dari semua?

Sebagai kritik terhadap Islam: tidak ada orang yang dapat memerangi irasionalitas dengan sikap tidak bertanggung-jawab. Membakar Qur’an sama seperti berusaha memadamkan api dengan cara menyiramkan bensin ke atasnya. Padamkanlah api itu dengan menggunakan air dan bukan gas. Tidak ada cara lain selain dari mengadakan perbincangan intelektual yang beradab mengenai hal-hal yang tidak disepakati. Ini memerlukan studi dan analisa yang cermat dan pikiran yang jernih. Membuat debat menjadi emosional tidak akan menolong siapapun.

Saya menghimbau Terry Jones untuk bersikap sebagai seorang laki-laki, menunjukkan diri mau belajar dan melakukan hal yang benar dan terhormat, yaitu: meminta maaf karena telah membahayakan banyak orang yang tidak berdosa dengan bersikap demikian dan membatalkan "Hari Membakar Qur’an".

Apapun yang akan dilakukan oleh Mr. Jones, saya menghimbau agar para pemimpin Muslim mengabaikan rencananya itu sebagai sebuah tindakan yang bodoh yang tidak dapat membahayakan Islam dan tidak masuk ke dalam kompetisi ketidakwarasan. Menolak untuk merasa terhina. Kalian mempunyai kesempatan untuk menunjukkan bahwa Islam itu lebih baik daripada reputasinya – jika tidak maka kalian akan mengkonfirmasi pengharapan terburuk dari dunia yang sedang menyoroti Islam. Mengetahui bahwa membunuh orang-orang yang tidak berdosa dapat jauh lebih menodai kehormatan Islam daripada yang diakibatkan oleh pembakaran Qur’an. Tentunya kalian menyadari adanya pertentangan yang luas terhadap rencana ini oleh banyak orang Kristen dan juga orang sekuler bukan? Jangan memberikan penghormatan kepada Terry Jones sedang ia tidak pantas menerimanya. Ia tidak merepresentasikan orang-orang Kristen, tidak juga Amerika, tidak juga "Barat".

Oleh karena orang Muslim terus menerus berbicara mengenai Islam sebagai agama keadilan dan bagaimana Islam menentang semua ketidakadilan, bagaimanakah orang dapat percaya pada kalian selain sejumlah kecil orang gila melihat sejumlah besar orang Muslim menyerang orang-orang yang tidak berdosa oleh karena perbuatan orang lain? Ini akan menjadikan pengajaran kalian sebagai bahan olokan dan akan memperlihatkan bahwa Islam adalah agama ketidakadilan yang jahat.

Mengapa "Hari Membakar Qur’an" tidak alkitabiah dan dengan demikian tidak kristiani

Banyak orang Kristen ternama yang telah mengutuk rencana untuk membakar Qur’an ini, dan telah mengemukakannya dengan jauh lebih jelas daripada yang saya lakukan. Berikut ini adalah beberapa "link" untuk tanggapan-tanggapan tersebut:
A Bad Idea - International Burn a Koran Day (Sebuah ide buruk – Sebuah Hari Membakar Qur’an)
Seven Questions for the Pastor Who Wants to Burn Copies of the Koran on 9/11(Tujuh Pertanyaan untuk Pendeta Yang Ingin Membakar Kitab Qur’an pada tanggal 11 September)
National Association of Evangelicals Press Release (Press Rilis dari Asosiasi Nasional Para Penginjil)
Why Christians Shouldn’t Burn the Qur’an (Mengapa Orang-Orang Kristen Seharusnya Tidak Membakar Qur’an)
The International Burn a Koran Day of the Dove World Outreach Centre (Sebuah Hari Internasional Untuk Membakar Qur’an dari the Dove Qorld Outreach Centre)

Ijinkanlah saya menambahkan beberapa pemikiran:

Pertama, tidak ada satupun perintah ataupun himbauan dari Yesus atau para rasul-Nya untuk menghancurkan kuil-kuil pagan, simbol-simbol atau kitab-kitab religius. Teladan Yesus dan para rasul secara konsisten berbicara menentang hal itu. Kedua, Yesus dan gereja mula-mula secara reguler menghadapi oposisi keras dari orang-orang Yahudi maupun kaum pagan baik sebelum dan semasa kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis. Kitab-kitab tersebut harus dibaca dengan latar-belakang penganiayaan. Tapi apakah yang dikatakan oleh kitab-kitab Perjanjian Baru itu?

Kamu telah mendengar firman: 'Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.' Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Tuhanpun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. (Matius 5:43-48)

Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang. (Kolose 4:6)

Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat. (1 Petrus 3:15)

Dan masih banyak lagi ayat yang dapat ditambahkan disini. Perjanjian Baru sangat konsisten dalam pemberitaannya. Perjanjian Baru memuat kata-kata yang jelas mengkritik dan menghakimi penyembahan berhala dan imoralitas, tapi tidak pernah menghimbau untuk melakukan kekerasan terhadap orang-orang yang tidak percaya atau menghancurkan bangunan-bangunan atau simbol-simbol atau kitab-kitab suci mereka.

Dua bagian Alkitab berikut ini nampaknya relevan untuk konteks ini:

Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain. (Lukas 9:51-56)

Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai! Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Tuhan, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (Roma 12:14-21)

Pendeta Jones, dengan hati nurani yang bersih dapatkah anda mengatakan bahwa rencana anda itu seturut dengan sikap taat kepada Firman Tuhan dan merefleksikan karakter Kristus?

Wahai Muslim, apakah kalian yakin bahwa merespon dengan kekerasan adalah cara yang lebih baik daripada pengajaran yang telah dikemukakan di atas?

Kiranya Tuhan bermurah hati pada kita semua..